BAPAK GERILYA INDONESIA

Disusun Oleh : RATRI LARASATI

Bapak Gerilya Indonesia atau yang biasa kita sebut dengan Jenderal Soedirman adalah seorang panglima besar Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada tahun 1949. Soedirman dikenal karena kepemimpinannya yang luar biasa selama masa Revolusi Nasional Indonesia melawan penjajahan Belanda. Ia lahir pada tanggal 24 Januari 1916 di Purbalingga, Jawa Tengah. Ayahnya bernama Karsid Kartawiraji yang merupakan seorang pekerja di pabrik gula Kalibagor Banyumas. Sementara itu, ibunya yang bernama Siyem merupakan keturunan Wedana Rembang. Jenderal Soedirman dibesarkan oleh pamannya, yaitu Raden Cokrosunaryo. Dia diberi gelar kebangsawanan suku Jawa oleh pamannya, sehingga namanya pun menjadi Raden Soedirman.

Sejak kecil ia diajarkan etika, tata krama priyayi, dan kesederhanaan sebagai rakyat biasa. Saat usianya masih 7 tahun, Soedirman bersekolah di Hollandsch Inlandsche School (HIS), lalu di usianya yang ke 8 tahun melanjutkan ke Taman Siswa. Kemudian ia pindah lagi ke Sekolah Wirotomo karena Taman Siswa dianggap oleh Belanda adalah lembaga yang ilegal. Ia dikenal sebagai murid yang tekun dan pandai di sekolahnya. Berkat kepandaianya, ia diizinkan untuk melanjutkan pendidikannya walaupun ia tak mampu membayar karena kematian pamannya yang membuat Soedirman melarat.

Di usianya yang masih remaja, Soedirman ikut mendirikan organisasi Islam, yaitu Hizbul Wathan milik Muhammadiyah. Akibat pengabdian dan pengorbanannya, ia diberi kepercayaan untuk memimpin organisasi itu di cabang Cilacap. Saat di Cilacap ia bertemu dambaan hatinya, yakni sang istri yang bernama Alfiah. Istrinya merupakan anak dari Raden Sosro Atmaja, yang mana pada masa ayahnya adalah seorang pengusaha kaya raya.

Saat penjajahan Jepang di tahun 1945, Soedirman baru mengenal dunia militer saat ia ditunjuk sebagai salah satu anggota dalam pelatihan Pembela Tanah Air (PETA). Dia dijadikan sebagai komandan karena paada saat itu ia sangat disegani oleh masyarakat setempat. Kemudian, setelah PETA dibubarkan pada 18 Agustus 1945, ia mendirikan Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang kemudian berubah nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pada saat itu ia ditunjuk sebagai pemimpin dalam pertempuran Ambarawa. Pada 15 Desember 1945 pertempuran tersebut dimenangkan oleh TKR atas Tentara Inggris. Karena kemenangan itu, Soedirman diangkat sebagai panglima TKR dan pangkatnya yang mulai kolonel naik menjadi jenderal oleh Pemerintah Indonesia. 3 tahun setelahnya Soedirman menjadi orang yang melihat sendiri kegagalan negoisasi dengan tentara kolonial Belanda yang lagi-lagi ingin menjajah Indonesia untuk ke sekian kalinya, yang pertama adalah Perjanjian Linggarjati – yang Soedirman ikut serta untuk menyusunnya, selanjutnya Perjanjian Renville yang membuat Indonesia harus memberikan kembali wilayah diambilnya dalam Agresi Militer I kepada Belanda dan pengambilan sekitar 35.000 tentara Indonesia.

Saat Belanda meluncurkan Agresi Militer II di tahun 1948-1949, Belanda menyerang Yogyakarta, yang mana pada saat itu kota tersebut adalah ibu kota Indonesia. Meskipun saat itu Soedirman sedang mengidap penyakit tuberkulosis yang mengharuskan paru-paru kanannya dikempeskan pada November 1948. Namun, ia tetap pantang menyerah dan semangat memimpin gerilya untuk melawan Belanda. Di Pangkalan Udara Maguwo terutama, Yogyakarta mengalami gempuran hebat. Pada 19 Desember, Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda yang mengakibatkan Soekarno, Moh Hatta, serta beberapa tokoh penting lainnya ditangkap oleh Belanda. Pada 22 Desember 1948, ia mulai berperang menggunakan taktik perang gerilya.

Dengan cara itu, Soedirman bersama pasukannya berjalan, berpindah-pindah tempat, dan menyebrangi sungai, hutan, gunung, hingga lembah. Ia juga menyerang beberapa pos pertahanan milik Belanda. Dia melakukan itu untuk mengecoh konsentrasi Belanda, karena serangan tersebut dilakukan secara tiba-tiba dalam waktu singkat. Ketika Belanda mulai menyerah, Soedirman di perintahkan untuk Kembali ke Yogyakarta pada bulan Juli 1949. Walaupun ia ingin tetap melanjutkan perang tersebut, tapi ia dilarang oleh Presiden Soekarno. Di tanggal 27 Desember 1949 Belanda akhirnya secara resmi mengakui kemerdekaan Indonesia. Sayangnya, ia tidak dapat menikmati kemerdekaan yang telah diperjuangkannya sepenuh hati, karena pada tanggal 29 Januari 1950 Jenderal Soedirman dinyatakan wafat akibat penyakit yang diidapnya.

Meskipun hidupnya tak lama, warisannya tetap abadi dalam sejarah bangsa kita. Jenderal Soedirman dikenang sebagai seorang pemimpin yang gigih, berani, dan berkomitmen terhadap kemerdekaan dan kedaulatan bangsa. Namanya dijadikan dalam berbagai bentuk, seperti nama jalan, sekolah, bahkakn patung-patung peringatan di berbagai kota di Indonesia. Semangat juangnya terus menginspirasi generasi penerus untuk mencintai dan mempertahankan tanah air.

Selain dikenal karena kepemimpinannya dalam peperangan, Jenderal Soedirman juga dihormati karena integritas dan ketulusannya. Ia selalu menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan dirinya sendiri. Tak jarang ia harus berhadapan dengan situasi yang sulit, namun ia selalu dapat menjaga moral dan semangat pasukannya. Kemampuannya untuk memimpin dengan kepala dingin membuatnya sangat dihormati oleh anak buahnya.

Jenderal Soedirman juga dikenal sebagai orang yang religius dan memiliki keyakinan yang kuat. Ia kerap mengandalkan doa dan keyakinannya tiap kali menghadapi situasi yang sulit. Kereligiusannya ini juga tergambar dalam cara ia memimpin, di mana ia selalu berusaha untuk berlaku adil dan bijaksana kepada anak buahnya. Hal ini membuat Jenderal Soedirman sangat dihormati tidak hanya sebagai seorang pemimpin militer, tapi juga sebagai seorang tokoh moral.

Salah satu aspek penting dari perjuangan Jenderal Soedirman adalah kemampuannya untuk memadukan strategi militer dan kebijaksanaan politik. Ia menyadari bahwa perjuangan kemerdekaan tak hanya memerlukan kekuatan militer, tetapi juga dukungan rakyat dan diplomasi yang cerdas. Oleh karena itu, ia selalu mengusahakan agar hubungannya dengan para pemimpin sipil tetap baik. Selain itu, ia juga berusaha untuk mendapat dukungan internasional bagi perjuangan Indonesia.

Pada akhirnya, perjuangan Jenderal Soedirman adalah symbol dari semangat kemerdekaan yang tidak pernah padam. Meskipun harus menghadapi banyak sekali rintangan dan masalah, ia tak pernah menyerah sampai akhir hayatnya.

Dari keteladanan dan perjuangannya dapat kita simpulkan, meski ia sedang mengidap suatu penyakit, namun ia tidak menyerah dan tetap berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia sampai titik darah penghabisan, tidak ada kata menyerah dalam diri Jenderal Soedirman.


Daftar Pustaka

Abdi, Husnul. 2023. Kisah Perjuangan Jenderal Sudirman Melawan Penjajah Hingga Menjadi Panglima Besar TNI. (https://www.liputan6.com/hot/read/5450112/kisah-perjuangan-jenderal-sudirman-melawan-penjajah-hingga-menjadi-panglima-besar-tni , diakses: 10 November 2023)

Ardhyamarthanino, Verrelladevanka dan Nibras Nada Nailufar. 2021. Jenderal Soedirman: Masa Kecil, Pendidikan, dan Perjuangannya . (https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/27/190953379/jenderal-soedirman-masa-kecil-pendidikan-dan-perjuangannya?page=all , diakses: 27 April 2021)

Biografi Jenderal Soedirman. 2021. (https://kesbangpol.banyumaskab.go.id/news/32999/biografi-jendral-sudirman , diakses: 14 Februari 2021)

Biografi Jenderal Soedirman, Sang Jenderal Besar TNI. (https://www.gramedia.com/literasi/biografi-jenderal-soedirman/ )

Firdausy, Balqis Mira. 2023. Peran Inspiratif Jenderal Soedirman dalam Pemersatu Bangsa Indonesia. (https://iap2.or.id/partisipasi-publik-peran-inspiratif-jenderal-sudirman-dalam-pemersatu-bangsa-indonesia/, diakses: 7 Agustus 2023)

Khairally, Elmy Tasya. 2024. Di Mana Jenderal Soedirman Lahir? Berikut Profil Singkatnya. (https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7304495/di-mana-jenderal-sudirman-lahir-berikut-profil-singkatnya/amp , diakses: 23 April 2024)

Masa Kecil Jenderal Sudirman. 2022. (https://budaya.jogjaprov.go.id/berita/detail/1066-masa-kecil-jenderal-sudirman , diakses: 31 Maret 2022)

Tani, Ini Tanjung dan Widya Lestari Ningsih. 2024. Sejarah Perang Gerilya dan Contohnya di Indonesia . (https://www.kompas.com/stori/read/2024/03/23/210000179/sejarah-perang-gerilya-dan-contohnya-di-indonesia?page=all , diakses: 23 Maret 2024)

Soedirman. (https://id.wikipedia.org/wiki/Soedirman )


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *